Minggu, 15 Juli 2018

Puisi Setia Naka Andrian (Suara Merdeka, 15 Juli 2018)



Dua Hari Lalu

dua hari lalu
kami tiadakan batin
kami tumbalkan tekanan
yang menyumbat ulu hati

dua hari lalu
kami tiadakan nadi

sejenak, kami memihak
banyak hal, kecual diri kami sendiri
kami coba ciptakan
rupa wajahmu yang lain itu,
kabar buruk yang didoakan
dari perpisahan dan kepulangan

dua hari lalu
kami rupa nada dering
yang kau kirim satu persatu
saat kekekalan dan kekalahan
menjadi satu ibu

dua hari lalu
ajarilah kami, menuruti jalan napas
jadikan kami pasir
di halaman rumah
yang tiada lagi
ditemukan butir-butir protein

dua hari lalu
jadikan kami waktu
di atap rumah
yang menyerupai langit-langit
:segala batas ketiadaan
dan pertempuran

dua hari lalu
jadikan kami esok hari
di atas kening
yang diangkat tinggi-tinggi
menuju keberadaan lain
yang tumbuh melampaui

dua hari lalu
di dalam goa
kami mencari
ke mana muara luka
akankah mereka tahu
bagaimana pahala
yang dikucurkan
dari dadanya
yang terbelah
sebelum segalanya
pindah menjadi lupa

dua hari lalu
jadikan kami hari depan
hari baik kami
yang dipindah darimu
menuju ke hadirat
setinggi waktu
yang melampaui
segala hari yang telah lalu

Kendal, November 2017


Kami Telah Saksikan

kami telah saksikan, tuan
perayaan itu, pesta dingin
yang menggiring diri kami
menggiling beban
di sekujur punggung

kami telah saksikan, tuan
kami tiadakan diri
dalam setiap gerak batu-batu
pada banyak rupa
yang tak mungkin bersatu-padu

kami telah saksikan, tuan
kami satu-satunya tanda lahir
yang ditinggalkan
dari matematika itu
dari abad panjang
dari genangan iman
yang dikisahkan tanpa peluru

kami telah saksikan, tuan
kami tiada lagi dapat pastikan
berapa panjang tubuhmu
mengitari luka-luka kami
yang setiap saat kian mekar
mengurung tubuh kami

kami telah saksikan segalanya, tuan
hanya harkat hidup dan mati kami
yang kerap membuat batin ini buyar
lantas, bagaimana kesaksian kehadiran
dan kepergian masa lalu kami
jika hari depan telah menjadi diri lain
selain dirimu?

Kendal, November 2017