Selasa, 03 Januari 2012

Puisi-puisi Setia Naka Andrian (Jawa Pos, 6 November 2011)


Abdi Doa Kepada Kekasihnya, Mati

ingatkah, ketika kau ada karena sesuap nasi dan berkepung pada piring penumbuk padi?
kau pun dibesarkan pada air pembuat beling-beling yang tak lagi sempat pecah
dan meresap ke tanah

sarangkatahati, 131209, 07.59 pm.


Kunang-kunang Kota

jika benar kau ijinkan aku untuk membuka pintu kamarmu,
setiap malam pasti aku akan mengirimimu sepasang nyala lilin yang teduh
satu nyala dariku dan satunya lagi pesananmu
kau memintaku untuk mengambil nyala kita bersamaan,
ketika tuhan masih sempat menatakan rapi pinjaman cerita untuk kita
biar lah, ingin kutaruh sebagai pengganti nyala kunang-kunang kota dalam canda petang yang pernah kita lalui malam itu
ketika pertama kali aku memberanikan untuk bercerita tentang mataku yang tersenyum melihat matamu
yang tak tahu akan kau buang atau bahkan kau kubur sedalam-dalam
semoga ingatan rasa itu masih belum lupa
dan permohonanku pun tak begitu mewah,
aku hanya ingin menjadi spasi untuk menghindarkanmu sebelum titik
berkendara pada seluas isi dan berdongeng lembut untuk berteduh menidurkanmu

kampusikippgri, 310110, 05.34 pm.


Surat Menginap di Surga

aku ingin para nabi saja yang mengedit tulisanku,
dan para malaikat asyik minum kopi sambil membaca cerpen-cerpenku

lalu aku ingin tidur nyenyak dalam telapak tangan bidadari pilihanku,
sambil melukiskan doa-doa kecil sebagai garis telapak tangannya,
agar sama-sama mengingat, satu sebagai kreator dan satunya lagi memberi kanvas,
kekal bersama menamai satu menara,
sebagai rumah berteduh hasil pertemuan yang saling,
hingga selalu merindu, untuk tiba pada perpanjangan kontrak menginap di surga..

sarangkatahati, 280210, 09.28 pm.


Cerita Keabadian untuk Kekasihnya, Mati

ingin kuceritakan kematinku kepadamu,
agar kelak kau cipta rumah yang tepat untuk keabadianku:
dan kau kelelahan tak mampu menyusulku,
karena ternyata surga belum bahagia

sarangdiksicantik, 110110, 10.02 pm.


Surga Gergaji Tua

hampir setiap detik umat manusia dari penjuru dunia terinfeksi untuk berkaca dan menyempatkan diri walau hanya sekedar dibilang cuci muka oleh para tetangga
menimba luka sederhana dan mengabaikan bahagia sesaatnya pada tuan-tuan pelindung pohon tua yang tak rela menggigitkan gergajinya di sungai,
juga tentang anggapan para tetangga dan campur tangan kakek buyutnya untuk mengkaji paksa pembringasan gigi gergajinya
kali ini gergaji dan kayu yang sama rata tuanya tak sanggup untuk membunuh segera,
nyawa terlalu murah dan terlalu mudah untuk malu berkaca bila hanya sekedar tutup muka saja
karena apa pun itu, semua tetap berjalan sama
gergaji akan tetap berteman kayu,
sungai akan tetap mandi di sungainya sendiri,
dan aliran terpaksa mati untuk alirannya sendiri
tak ada yang seimbang,
kecuali bila tak hanya sekedar penajam untuk membabat penyanggamu saja, tuan
dan untuk mati adalah surga terkecil yang belum sanggup dicuri

sanggarteaterruang, 261109, 08.28 am.


monumen lampu dalam botol


botol-botol kecil mulai dibariskan
diantara perhentian proyek jembatan yang menanti gunting pita
mereka berdiri tegak, bungkuk menyuapi kolom-kolom yang masih kosong dan menunggu
kaki mereka adalah roda yang malas berputar,
sengaja lupa pakai sandal dan sengaja digerus-gesekkan di bibir nona-nona swalayan
botol-botol kecil itu menunggu pesanmu, tuan!
tapi kenapa kok doa-doa mereka masih saja sama?
ya itu-itu saja, bergerak tidak, baju bebas sopan juga tidak
masih wajar dan standar kategori kamar mandi, kawan!
bagi mereka itu lebih nyaman,
jauh masih berat dulu, kawan!
wajib ikut petak umpet bawa obor!
iya, sangat betul!
tak perlu kita meruncingkan bambu!
tinggal guyur badan, ambil sabun dan sedikit senandung,
kita bisa terkenal, kawan!
lalu kapan kita akan berjuang untuk tenar?
ya tinggal foto-foto saja dibawah buku sejarahnya,
gampang bukan?
kita pura-pura mantapkan ambil peran mereka.
itu sama saja, doa kita bukan cinta
hanya sebatas menempel foto-foto pejuang didekat jendela
semua sia-sia, kawan
kenapa kita harus nyalakan lampu dalam botol?
berfoto keluarga menyerupakan jasa, tapi bangga menghiraukan pesan dalam botolnya.

gedungwanitakendal, 081109, 10.39 am.


Musim Selingkuh

musim selingkuh adalah bukan gerimis ataupun kesepian yang ramai pada kerumunan anak-anak kecil yang berebut sarung untuk mengaji
musim selingkuh adalah bukan mimpi, bukan senja yang cantik ataupun cerita fiksi yang terbakar mati oleh redaktur setelah termuat pada koran hari minggu
musim selingkuh juga bukan sekedar sesuap kecup perbincangan nona-nona manula yang sedang menunggu prosesi pemakaman untuk dirinya sendiri

tapi ada yang bilang, katanya musim selingkuh adalah panjang ciuman yang tidak lebih dari seribu karakter, dan kira-kira jaraknya mampu keliling satu juta halaman lingkar dada spasi tunggal, tak lupa menggunakan permen rasa aneka buah sebagai lipstik dengan font dipertebal dan dicetak miring,
dan semua itu adalah pura-pura

sanggargema, 220610, 04.15 pm.


Puisi-puisi Setia Naka Andrian (Suara Merdeka, 2 Oktober 2011)


Bidadari Tidur dalam Kitab Suci

dua ribu gerimis yang lalu membuatku kepanasan karena dua ribu lima ratus kaki dan jari-jarinya adalah katanya dan itu semua adalah dua ribu hektar tanah pewarisan orang tuaku yang malu lebih dari dua ribu lima ratus air mata yang belum khatam karena ternyata ayah dari orang tuaku menimbun uang dalam bantal dan terbakar obat nyamuk yang mengapikan hutang pada kasur sejak dijemur sebelum pulang sebagai tempat tidur, dan kakekku terbakar mati juga

aku bingung kepadamu, nak karena wajahmu seperti bukan dari daging, malah banyak orang menyebutmu juga bukan wajah tempat tidur yang diranjangkan oleh kedua orang tuamu itu adalah katanya, kakekku bilang begitu

dan ternyata, kakekku pernah juga bilang kepadaku yang katanya dari kakeknya kalau rokok hisapan terakhir yang disebut hidup itu adalah katanya,

katanya kakekku lagi, tidak akan ada bidadari jika ada dua ribu tahun yang lalu wanita disebut perkasa dan laki-laki disebut manja itu adalah katanya, dan tidur dalam kitab suci adalah bukan bidadari, kecuali bidadari yang mau ditelanjangi kitab suci itu adalah bukan bidadari-bidadari yang ada dua ribu tahun lalu baru belajar mandi

sanggargema, 030610, 02.03 am.


Cincin Seikat Rambut

:f

aku rindu pada doa yang belum sempat tidur,

pada beberapa warna langit sebelum wajahmu mengitarinya

aku ragu pada kawan serumah,
dan aku ingin kau membawaku lari,
jika pernah kau ikatkan rambutmu pada jari manisku

dan tiba-tiba kau titipkan bekas bibirmu pada pipiku,
agar sengaja mengirim isyarat untuk berdoa pada lidahku

dan bibirku tersenyum memandangimu,
tak lagi lari kecuali tenggelam menapaki lesung pipimu

sanggargema, 170110, 02.50 am.



Air Mata Lilin

ingin kuciptakan lilin dari air matamu
ketika nyalanya mengalir menapaki lesung pipimu

biarkan dia menangis, pura-pura lupa hingga bibirmu mau melumatnya dengan sadar
merasakan tiupan dari bibirmu sendiri,
bila bibirku tak kau izinkan untuk mengakrabi bibirmu dan menawarkan canda pada lidahmu

depanparitama, 301109, 01.00 am.



Menara Layang-layang

aku adalah hiasan terbang dan takut kau tenggelamkan,
berjinak dari tetunas-tetunas hijau yang masih lunas dan belum sempat kau perhutangkan kepada lorong-lorong sepi menuju peribadatan utusan para nabi di pojok-pojok rumah tetangga,

tentunya kau paham dengan pelunasan warnanya, yang ternyata menyerupa lepas pada kerudung hijaumu, jika ada sungai ngalir yang belum sempat kering dan disekitarnya adalah rumput-rumput yang sengaja terbakar oleh kehausan dalam tubuhnya,

maka jangan pernah ada lagi luka berdesakan akibat kilau yang tak paham dari arus perjalanan air tanah menuju kerdip matamu, jangan pernah ada jika kau belum sempat menyerupakan luka yang terpaksa ngalir tanpa kemauan tindak miring dari pelunasan- pelunasan yang sering, karena kita akan menyumbatnya sebelum sanggup menawarkan canda pada rumah kita,

dan jika rumput dianggap basah dalam sekujurnya, maka kita akan bersama-sama untuk mengelap permukaan telapak tangan kita, hingga jari-jarinya akan menekuk dan memperkuat kepalan dalampusatnya, dan tak lagi ada dingin yang nggigil kecuali nadi kita sanggup menerawang pada jari-jari manis untuk seikat rambut yang mengalung pada pertengahnya,


lalu dengan seadanya kita akan bersama-sama menerbangkan menara layang-layang dari ujung telunjuk yang ngarah, dan tak terasa telah tujuh bulan kita dipertemukan dalam hidangan makan malam dengan menu pilihan yang kita surgakan, berupa ingatan yang laku, berupa serupaan yang madu, dan berupa cahayaan yang merdu, pada telingaan yang ngalun, reruntun tak ragu dalamsegala seruan seisi rumah kita.
:diksicantik.

kampusikippgri, 150310, 07.21 pm.



Setia Naka Andrian, lahir di Kendal, 4 Februari 1989. Masih tinggal bersama kedua orang tua dan seorang adiknya di Tabag Masjid RT 01/ RW07, Desa Kertomulyo, Kec Brangsong, Kab Kendal, Jateng. Lulus Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Semarang (2011), kini sedang melanjutkan studi pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang; Berteater bersama Teater Gema IKIP PGRI Semarang, penulis naskah drama dan sutradara Hayalan Padang Tandus